RadarLamsel.com
Jumat, 20 Mei 2022
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ayo Bangun Desa
  • Berita
  • Featured
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Olahraga
  • OPINI
  • Pariwisata
  • Pendidikan
  • Politik
  • Beranda
  • Ayo Bangun Desa
  • Berita
  • Featured
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Olahraga
  • OPINI
  • Pariwisata
  • Pendidikan
  • Politik
No Result
View All Result
RadarLamsel.com
No Result
View All Result
Home Featured

PILIHAN SULIT

Redaksi by Redaksi
Jumat, 3 April 2020 | 04:53
in Featured
0
PILIHAN SULIT
65
SHARES
100
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Kalau kita melihat angka-angka, Indonesia itu masih hebat. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Amitohu. Rahayu.

Teman saya di luar negeri terus terheran-heran. Setengah tidak percaya. Dulunya mereka terheran oleh tidak adanya Covid-19. Ketika negara lain sudah pada panik. Sekarang mereka terheran karena tidak adanya ledakan. Pertambahan jumlah penderitanya stabil di kisaran angka 115/hari. Seperti disetel saja. Itu pun baru belakangan. Sampai kemarin.

Ketika jumlah penderita di Malaysia sudah mencapai 3.200 lebih, Indonesia masih 1.790. Padahal penduduk kita 12 kali lipat Malaysia.

Saya tidak bisa memberikan penjelasan kepada teman-teman itu: mengapa. Sama dengan ketika Covid-19 belum juga masuk ke Indonesia: mengapa.

RELATED POSTS

Plt Kadisdik : RKB SDN Margasari Prioritas!

PDIP Duduki 9 Kursi Parlemen Lamsel

PDIP Lamsel Target 70 Persen Suara Pilpres

DPP PDIP Apresiasi Srikandi Lamsel

Memang jumlah yang meninggal di Indonesia termasuk tinggi: 170. Bandingkan dengan Malaysia yang 50 orang. Demikian juga jumlah dokter yang meninggal di Indonesia. Sudah 13 orang. Di Malaysia hanya satu dokter –itu pun pulang dari Turki. Bukan tertular di garis depan pengabdian.

Saya sengaja tidak membandingkan dengan Singapura –yang serba baik itu. Juga tidak membandingkan dengan ‘kelompok negara 100.000 ke atas’ seperti Amerika Serikat, Italia dan Spanyol. Pun tidak membandingkan dengan ‘kelompok negara 10.000 ke atas’ seperti negara-negara Eropa Barat.

Dilihat dari bagusnya angka-angka itu betul saja kalau ada yang mengatakan Indonesia belum waktunya lockdown. Tapi betul juga yang mengatakan harus segera lockdown –mumpung belum terlambat.

Yang jelas, sekarang ini, tanpa ledakan jumlah penderita pun kualitas hidup kita sudah merosot. Dan akan terus merosot. Tujang pijat, spa, salon, ojol, taksi, tukang parkir, dan seterusnya mulai kelimpungan.

Saya perkirakan bahaya berikutnya akan datang: meledaknya kasus kriminalitas. Sepeda motor harus dijaga. Ponsel jangan dibiarkan.

Jangan bawa banyak uang kontan. Harus lebih hati-hati.

Maka penetapan jam malam di beberapa daerah sangatlah baik. Bukan hanya soal virus. Tapi juga soal kriminalitas.

Perlunya lockdown juga harus dilihat dari segi keamanan itu.

Konsekwensinya memang biaya. Rasanya kita akan sepakat kalau orang miskin harus disantuni. Semua orang miskin digaji saja. Selama 3 bulan lockdown. Tidak peduli mereka punya cicilan sepeda motor atau tidak.

Anggap saja ada 100 juta keluarga yang harus digaji Rp 1,5juta/bulan. Nilainya tetap lebih kecil dibanding runtuhnya ekonomi negara.

Semua proyek dibatalkan saja. Tidak apa-apa kan tidak punya jembatan baru, gedung baru, jalan baru, sekolah baru, dan segala macam yang baru –termasuk yang baru satu itu.

Sesekali negara menggaji rakyatnya. Gaji itu larinya akan ke ekonomi juga. Ke daya beli. Uangnya muter.

Kalau semua orang miskin digaji negara akan aman, ekonomi aman, politik aman, hukum aman, yang punya uang juga aman.

Kalau pun tidak ada lockdown, jaminkan kepada rakyat, angka kriminalitas tidak naik. Juga tidak ada perampokan-perampokan. Jangan sampai lolos dari virus tapi mati di tangan perampok.

Terlepas akan ada lockdown atau tidak, saya melihat ke masjid. Ke pentingnya masjid di zaman Covid-19 ini.

Masa seperti inilah yang akan membuat masjid sangat strategis untuk menyelesaikan masalah sosial.

Kalau saja setiap masjid memiliki daftar orang miskin di sekitarnya alangkah masjid bisa dipakai sentral penyelesaian masalah. Masjid bisa menjadi jembatan antara yang kaya dan miskin.

Gereja mungkin juga bisa diperankan seperti itu. Tapi masjid lah yang umumnya berada langsung di tengah masyarakat miskin.

Tapi ini memang memerlukan kepengurusan masjid yang modern –cara berpikirnya.

Tentu negara juga punya database orang miskin. Yang sudah sangat rinci. By name. By address.

Terserahlah.

Tapi saya sungguh kagum dengan kerelaan banyak masjid mengutamakan keselamatan umat manusia. “90 persen masjid di NTB tidak menyelenggarakan salat Jumat,” ujar Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah kepada saya tadi malam. “Hari ini mungkin 95 persen,” tambahnya.

Padahal NTB sempat yang paling dikhawatirkan. Terutama Lombok. Yang mendapat gelar ‘Pulau Seribu Masjid’.

Saya pun mendapat kiriman pidato Bupati Lombok Timur, Sukiman Azmy. Yang begitu tegas. “Semua masjid harus ditutup. Yang melanggar bawa ke kantor polisi,” katanya.

Ia tidak mau banyak berdebat soal alasan. “Kurang berkah apa Masjidil Haram di Makkah. Ditutup. Kurang hebat apa para ulama di Al Azhar, Kairo, Mesir. Mereka telah berfatwa agar masjid ditutup,” kata Sukiman Azmy.

Memang Masjid Agung Surabaya tetap melaksanakan salat Jumat siang nanti. Tapi SOP-nya begitu ketat. (Baca DI’s Way:Masjid Jarang).

Ditambah rencana baru: agar masing-masing membawa sandal/sepatu yang sudah dimasukkan kantong plastik ke dalam masjid. Untuk diletakkan di sebelah masing-masing. Agar selesai salat tidak perlu bergerombol di tempat sandal.

Gereja-gereja juga sudah meliburkan kebaktian bersama di hari Minggu. Yang awalnya juga agak seret. Saya sempat mendapat kiriman video seorang pendeta yang mengajak umatnya jangan takut virus. Dengan alasan gereja itu rumah Tuhan. Kematian itu di tangan Tuhan.

Bahkan pendeta itu turun dari panggung. Berjalan menuju tempat duduk umat. “Jangan takut. Ayo kita pelukan,” katanya dalam khotbahnya.

Lalu jemaat yang di depan itu berdiri. Melayani pelukan sang pendeta.

“Ayo. Pelukan,” katanya lagi. Sambil mengajak jemaat di sebelah yang pertama untuk juga pelukan.

Begitulah seterusnya. Sampai tiga jemaat diajak pelukan.

Saya kenal pendeta itu. Saya pernah hadir di salah satu khotbahnya. Tapi saya tidak tega menegurnya via WA.

Saya pun mendengar seminggu kemudian kebaktian di gereja itu sudah ditiadakan.

Di Israel juga ada problem serupa. Dari jemaah Yahudi Ortodok.

Di negara kecil itu sudah lebih 6.000 warganya yang terkena Covid-19. Meski yang meninggal hanya 33 orang.

Jadi, saya memilih lockdown atau tidak?

Saya memilih sulit menjawab pertanyaan teman-teman di luar negeri.(Dahlan Iskan

Share26Tweet16Send

Related Posts

Plt Kadisdik : RKB SDN Margasari Prioritas!

Plt Kadisdik : RKB SDN Margasari Prioritas!

by Redaksi
Sabtu, 1 Februari 2020 | 10:32
0

radarlamsel.com, SRAGI – Pihak SDN Margasari Kecamatan Sragi akhirnya mengambil langkah untuk mengatur jadwal kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah...

Jokowi –Ma’ruf Menang di Lamsel

PDIP Duduki 9 Kursi Parlemen Lamsel

by Redaksi
Rabu, 8 Mei 2019 | 10:13
0

Golkar, PAN, Gerindra Masing-masing 7 Kursi KALIANDA – Wajah para anggota parlemen di Kabupaten Lampung Selatan hasil pemilu 2019 mulai...

PDIP Lamsel Target 70 Persen Suara Pilpres

PDIP Lamsel Target 70 Persen Suara Pilpres

by Redaksi
Minggu, 7 April 2019 | 23:28
0

radarlamsel.com, JATIAGUNG – DPC PDI Perjuangan Kabupaten Lampung Selatan bakal all out untuk memenangkan kontestasi Pilpres 17 April 2019 mendatang. Bahkan, PDI...

DPP PDIP Apresiasi Srikandi Lamsel

DPP PDIP Apresiasi Srikandi Lamsel

by Redaksi
Minggu, 7 April 2019 | 22:58
0

radarlamsel.com, JATIAGUNG– DPP PDI Perjuangan mengapresiasi organisasi sayap PDI Perjuangan Srikandi Demokrasi Indonesia Lampung Selatan. Apresiasi itu disampaikan Sekjend DPP...

Nanang Hujan-hujanan Bersama Ribuan Rakyat

Nanang Hujan-hujanan Bersama Ribuan Rakyat

by Redaksi
Minggu, 7 April 2019 | 21:50
0

radarlamsel.com, JATIAGUNG– Sekretaris DPC PDI Perjuangan Lampung Selatan Nanang Ermanto hujan-hujanan bersama rakyat saat menggelar rapat umum di Lapangan Desa...

Andika eks Kangen Band dan Candil Hibur Ribuan Massa

Andika eks Kangen Band dan Candil Hibur Ribuan Massa

by Redaksi
Minggu, 7 April 2019 | 21:47
0

radarlamsel.com, JATIAGUNG– Rapat umum PDI Perjuangan di Lapangan Desa Rejomulyo, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan, benar-benar pecah. Selain dijejali ribuan massa,...

Next Post
Santri Tiba di Lamsel, Dianjurkan Isolasi Mandiri

Santri Tiba di Lamsel, Dianjurkan Isolasi Mandiri

Puskesmas Candipuro Siagakan Ruang Sterilisasi

Puskesmas Candipuro Siagakan Ruang Sterilisasi

Leave Comment

RECOMMENDED

Perpani Buka Pendaftaran Kejuaraan Panahan

PGRI Apresiasi Bupati Nanang

Jumat, 20 Mei 2022 | 08:16
Perpani Buka Pendaftaran Kejuaraan Panahan

Perpani Buka Pendaftaran Kejuaraan Panahan

Jumat, 20 Mei 2022 | 08:14
  • 650 Followers
  • 23.5k Followers

BERITA POPULER

  • Shelin jadi Pengibar Sang Saka di Istana Negara

    Shelin jadi Pengibar Sang Saka di Istana Negara

    155 shares
    Share 62 Tweet 39
  • NJOP Naik Dua Kelas

    92 shares
    Share 37 Tweet 23
  • Gudang Produksi Kasur di Sumbernadi Terbakar

    92 shares
    Share 37 Tweet 23
  • Lomba Desa Sebagai Ajang Motivasi Mendorong Pembangunan

    83 shares
    Share 33 Tweet 21
  • PPDB SMAN 1 Kalianda Melalui Jalur Prestasi dan Zonasi

    79 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Terms and Conditions

Copyright © 2022 RADARLAMSEL.COM | Support by ANDI ID.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ayo Bangun Desa
  • Berita
  • Featured
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Olahraga
  • OPINI
  • Pariwisata
  • Pendidikan
  • Politik

Copyright © 2022 RADARLAMSEL.COM | Support by ANDI ID.